- Back to Home »
- Cerita Humor »
- Mempermainkan Abu Nawas Sama Dengan Menyusahkan Diri Sendiri
Posted by : Ari Sutrisno
September 10, 2012
Alkisah, ada seorang Ahli Yoga yang sangat membenci Abu Nawas, maka
dengan segala cara dia memperdaya Abu Nawas ini hingga akhirnya
mempunyai ide untuk mengajak seorang pendeta untuk bersekongkol. Setelah
mencapai kata sepakat antara Pendeta dan Ahli Yoga, mereka berangkat
menemui Abu Nawas di kediamannya.
Ketika mereka datang, Abu Nawas sedang melakukan salat Dhuha. Setelah
dipersilakan masuk oleh istrinya, mereka pun masuk dan menunggu sambil
berbincang-bincang dengan santainya.
Seusai salat, Abu Nawas menemui mereka dan bercakap-cakap sejenak.“Kami sebenarnya ingin mengajak engkau melakukan pengembaraan suci. Kalau engkau tidak keberatan, bergabunglah bersama kami,” kata Ahli Yoga.
“Dengan senang hati. Lalu kapan rencananya?”tanya Abu Nawas dengan polos.
“Besok pagi,” kata Pendeta.
“Baiklah kalau begitu, kita bertemu di warung teh besok pagi,” kata Abu Nawas menyanggupi.
Agama Islam sangat menghormati pemeluk agama lain, karena
Rasululullah SAW mengajarkan demikian. Pada hari berikutnya mereka
berangkat bersama. Abu Nawas mengenakan jubah seorang Sufi.
Ahli Yoga dan Pendeta mengenakan seragam keagamaan mereka
masing-masing. Di tengah jalan, mereka mulai diserang rasa lapar karena
mereka memang sengaja tidak membawa bekal. “Hai Abu Nawas,
bagaimanakah kalau engkau saja yang mengumpulkan derma untuk membeli
makanan untuk kita bertiga. Karena kami akan mengadakan kebaktian,” kata Pendeta.
Tanpa banyak bicara lagi, Abu Nawas berangkat mencari dan
mengumpulkan derma dari satu dusun ke dusun lainnya. Setelah derma
terkumpul, Abu Nawas membeli makanan secukupnya untuk mereka bertiga.
Setelah itu Abu Nawas kembali lagi ke Pendeta dan Ahli Yoga dengan
membawa makanan. Karena sudah tak sanggup menahan rasa lapar, Abu Nawas
berkata, “Mari segera kita bagi makanan ini sekarang juga.”
“Jangan sekarang, kami sedang berpuasa,” kata Ahli Yoga.
“Tetapi aku hanya menginginkan bagianku saja, sedangkan kalian ya terserah pada kalian,” kata Abu Nawas.
“Aku tidak setuju, kita harus seirama dalam berbuat apapun,” kata pendeta.
“Betul, aku pun tidak setuju karena waktu makanku besok pagi. Besok pagi aku baru akan berbuka,” kata Ahli Yoga.
“Hai, bukankah aku yang kalian jadikan alat pencari derma, dan
derma itu sekarang telah aku tukarkan dengan makanan. Sekarang kalian
malah tidak mengijinkan aku untuk mengambil bagianku sendiri, itu tidak
masuk akal,” kata Abu Nawas mulai merasa jengkel.
Namun begitu pendeta dan ahli yoga tetap bersikeras tidak mengijinkan
Abu Nawas untuk mengambil bagian yang sudah menjadi haknya. Abu Nawas
penasaran, ia mencoba sekali lagi meyakinkan kawan-kawannya agar
mengijinkan ia memakan bagiannya. Tetapi mereka tetap saja menolak.
Abu Nawas benar-benar merasa jengkel dan marah. Namun Abu Nawas tidak
memperlihatkan sedikitpun kejengkelan dan kemarahannya itu. “Bagaimana kalau kita mengadakan perjanjian,” kata pendeta kepada Abu Nawas.
“Perjanjian apa?” tanya AbuNawas.
“Kita adakan lomba, barang siapa diantara kita bermimpi paling
indah maka ia akan mendapat bagian yang terbanyak, yang kedua lebih
sedikit dan yang terburuk akan mendapat paling sedikit,” kata pendeta mejelaskan.
Abu Nawas setuju. Ia tidak memberi komentar apa-apa. Malam semakin
larut, embun mulai turun ke bumi. Pendeta dan Ahli Yoga mengantuk dan
tidur. Abu Nawas tidak bisa tidur karena perutnya lapar. Dia hanya
pura-pura saja tidur untuk mengelabui kawannya.
Setelah merasa yakin kawan-kawannya sudah tertidur lelap, Abu Nawas
menghampiri makanan itu. Tanpa pikir dua kali, Abu Nawas memakan habis
makanan itu hingga tidak tersisa sedikit pun. Setelah kenyang, barulah
Abu Nawas bisa tidur.
Keesokan harinya, mereka bangun hampir bersamaan. Ahli yoga dengan wajah yang berseri-seri bercerita,
“Tadi malam aku bermimpi memasuki sebuah taman yang mirip sekali
dengan Nirwana. Aku merasakan kenikmatan yang belum pernah kurasakan
sebelumnya dalam hidup ini.”
Pendeta mengatakan bahwa mimpi ahli yoga benar-benar menakjubkan, benar-benar luar biasa. Kini giliran pendeta yang bercerita. “Aku
seolah-olah menembus ruang dan waktu. Dan ternyata memang benar. Aku
tidak sengaja berhasil menyusup ke masa silam di mana pendiri agamaku
hidup. Aku bertemu dengan beliau dan yang lebih membahagiakan adalah aku
diberkatinya.”
Ahli Yoga juga memuji-muji kehebatan mimpi pendeta. Abu Nawas hanya
diam. Ia bahkan tidak tertarik sedikitpun. Karena Abu Nawas belum buka
mulut juga, Pendeta dan Ahli Yoga mulai menanyakan mimpi Abu Nawas.
Akhirnya Abu Nawas mulai bercerita setelah didesak oleh kawan-kawannya.
“Kalian tentu tahu Nabi Daud as kan, Beliau adalah seorang Nabi
yang ahli berpuasa. Tadi malam aku bermimpi berbincang-bincang dengan
beliau dan beliau menanyakan apakah aku berpuasa atau tidak. Aku katakan
aku berpuasa karena aku memang tidak makan sejak dini hari, kemudian
beliau menyuruhku agar segera berbuka karena hari sudah malam. Tentu
saja aku tidak berani mengabaikan perintah beliau. Aku segera bangun
dari tidur dan langsung menghabiskan makanan itu,” kata Abu Nawas tanpa punya perasaan salah sedikitpun.
Sambil menahan rasa lapar yang sangat, Pendeta dan Ahli Yoga saling
berpandangan satu sama lain. Kejengkelan Abu Nawas terobati sudah. Kini
mereka berdua sadar bahwa mempermainkan Abu Nawas sama halnya dengan
menyusahkan diri sendiri.